Vol. 11 No. 3 (2006): Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Articles

PROFIL PRANATA SOSIAL DI DAERAH KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (Studi Kehidupan Sosial Budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Suyanto Suyanto
Suyanto, Alumnus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Fakultas llmu Sosial don llmu Politik Program Studi llmu Kesejahteraan Sosial Tahun 1989. Kini Ajun Peneliti Madya pada Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Badon Pendidikan don Penelitian Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI.

Published 2017-03-29

How to Cite

Suyanto, S. (2017). PROFIL PRANATA SOSIAL DI DAERAH KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (Studi Kehidupan Sosial Budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur). Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 11(3), 26–39. https://doi.org/10.33007/ska.v11i3.604

Abstract

Pranata sosial adalah kumpulan nilai dan norma yang mengatur kehidupan manusia. Kebudayaan yang didalamnya terdapat nilai, norma dan perasaan juga merupakan pola bagi tindakan dan tingkah laku manusia yang diperoleh melalui proses belajar dalam kehidupan sosialnya. Dalam kehidupan yang nyata, kebudayaan digunakan secara selektif oleh para pendukungnya, tergantung pada situasi dan kondisi, serta arena sosial tempat para pendukung kebudayaan tersebut melakukan kegiatannya. Pengetahuan yang kompleks bagi kegiatan tertentu tersebut dikenal sebagai pranata-pranata kebudayaan atau cultural institutions.

Pendekatan yang digunakan dalam studi sosial budaya adalah pendekatan kebudayaan yang dalam ilmu antropologi digolongkan sebagai pendekatan Ethnoscience atau cognitive anthropology. Dalam pendekatan semacam ini warga masyarakat terasing yang menjadi sasaran studi sosial budaya akan dilihat sebagai individu-individu yang aktif memahami, memanipulasi atau memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di lingkungan hidup sosialnya dengan cara menggunakan dan berpedoman pada kebudayaan
yang dimilikinya, agar supaya mereka tetap dapat mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Achadiyat, 1994). Dengan demikian pranata sosial memiliki status dan peran, peran disini berujud aturan yang berlalu untuk mengatur tingkah laku manusia dalam bertindak, dimana dalam setiap tindakan selalu dilakukan berdasarkan pertimbangan norma dan nilai yang hidup. Pranata sosial bersifat non formal karena tidak memiliki struktur aturan yang tidak tertulis, terbentuk karena kesepakatan kebutuhan suatu komunitas dan diakui keberadaannya dan dipertahankan pada komunitas tertentu.

Dari hasil kajian diketahui bahwa pengaruh kepala adat (Raja Biboki) di Kampung Tamkesi sangat kuat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kesetiaan rakyatnya terhadap berbagai pranata yang masih berlaku di masyarakat pedalaman terutama di kampung adat Tamkesi wilayah desa Tautpah, pranata tersebut antara lain; Pranata keagamaan atau kepercayaan, pranata pendidikan, pranata ekonomi, pranata sosial dan pranata keturunan. Namun karena Raja Biboki memiliki wawasan yang luas dan menginginkan adanya perubahan kehidupan bagi rakyatnya, dengan cara mereka menyerahkan sebagian wilayahnya untuk dijadikan sebagai sarana program pemberdayaan yang dimulai melalui program pemukiman di Kampung Tautpah. Tujuan Raja Biboki tersebut adalah dengan berhasilnya program pemberdayaan yang dilakukan Pemerintah diharapkan budaya masyarakat pedalaman yang masih bermukim di hutan-hutan pedalaman wilayah desa Tautpah dan desa Tokbesi bisa merobah sebagian adat kebiasaan yang ada kearah
kehidupan yang lebih baik. Secara rinci terdeskripsi dalam hasil penelitian ini.

Downloads

Download data is not yet available.