Abstract
Studi ini bermaksud menelusuri adanya indikasi praktek trafficking anak, sekaligus memahami persepsi
masyarakat atau keluarga terhadap anak, sehingga diketahui mengapa praktek trafficking kerap terjadi di
daerah pengirim. Lokasi yang menjadi sasaran penelitian yakni di wilayah Kota Singkawang, Provinsi
Kalimantan Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan FGD pada orang tua atau keluarga
korban, anak yang menjadi korban, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pejabat dari instansi terkait,
dilengkapi dengan studi kasus untuk lebih mendalami tentang mengapa masyarakat memiliki persepsi
tertentu serta observasi terhadap lingkungan sekitar. Dari studi ini ditemukan bahwa terdapat tiga kategori
pria dari sebuah negara yang menginginkan kawin dengan perempuan asal Singkawang, dan hanya dengan
berbekal sebuah foto dari pria dimaksud. Ketiga kategori dimaksud adalah pria pensiunan dari tentara,
pria usia matang dan pria tertentu yang dibiayai oleh sindikat tertentu. Traficking ini terjadi karena adanya
push factors dan pull factors. Ini semua terjadi karena ketidak tahuan pihak yang terlibat dalam kasus
trafficking akan hak anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan demi keuntungan finansial
belaka. Diharapkan hasil studi ini dapat menghasilkan suatu model intervensi untuk mencegah terjadinya
praktek trafficking anak.
Kata kunci: trafficking anak, persepsi masyarakat, daerah pengirim.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright (c) 2015 B Mujiyadi