Vol. 7 No. 2 (2018): Sosio Konsepsia
Articles

“HEKA HITI HEKA LEHA” SPIRIT BUDAYA PEMERSATU DI TENGAH KELANGGENGAN KONFLIK ORANG KULUR DAN ORANG PORTO KECAMATAN SAPARUA MALUKU TENGAH

Paulus Koritelu
FISIP Univ. Pattimura Ambon

Published 2018-07-12

How to Cite

Koritelu, P. (2018). “HEKA HITI HEKA LEHA” SPIRIT BUDAYA PEMERSATU DI TENGAH KELANGGENGAN KONFLIK ORANG KULUR DAN ORANG PORTO KECAMATAN SAPARUA MALUKU TENGAH. Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 7(2), 101–118. https://doi.org/10.33007/ska.v7i2.1216

Abstract

Sekalipun banyak kenyataan konflik menimbulkan perpecahan dan kehancuran, tetapi dalam penelitian ini terdapat spirit budaya tertentu yang menjadi kekuatan pengikat antara dua kubu yang setiap waktu berkonflik untuk tetap bisa berdamai serta ada di dalam ikatan solidaritas dan kerjasama yang harmonis. Spirit budaya tersebut adalah: Heka Hiti heka Leha yang mengikat dan senantiasa mempersatukan orang kulur dan porto. Konflik merupakan sebuah konsep yang menjadi simbolisasi dari sebuah proses interaksi sosial yang terjadi dalam bentuk Dis-Asosiatif antara individu atau antar kelompok dalam satu komunitas atau antar komunitas masyarakat. Dalam paradigma konfliktual, konflik menjadi penting dalam rangka menemukan arah perubahan sosial yang dikehendaki. Dalam pengalaman yang spesifik, konflik dapat juga dijadikan sebuah rujukan atau pencapaian berbagai tujuan kehidupan sebuah komunitas. Sekalipun begitu banyak pandangan yang menolak gagasan ini. Bahwa kelanggengan konflik yang terjadi pada sebuah komunitas tidak serta merta dapat menjadi sebuah rujukan pencapaian berbagai kepentingan komunitas. Kelanggengan konflik yang terjadi dalam pengalaman orang Kulur dan orang Porto menjadi sebuah fenomena yang tidak banyak memberikan jawaban atas berbagai kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan rasa aman.

Kata Kunci: Kelanggengan konflik dan Heka Hiti Heka Leha 

Downloads

Download data is not yet available.

References

  1. Denzin K Norman, Loncoln S Yvonna (1994). Handbook Of Qualitative Research. London-New delhi: Sage Publications.
  2. Fisher Simon, Smith Richard dkk (2000). Working With Conflict: skill and strategies for action. Brimingham Zed Books responding RTC
  3. Koritelu, Paulus (2009). Agama, Politik Dan Kekerasan dalam Masyarakat. Diterbitkan Oleh: STAKPN Ambon (Jurnal Ilmiah TANGKOLEH PUTAI, Volume No.1, Januari 2009).
  4. Koritelu, Paulus (2009). Agama Masa Depan: Proses Intersubjektif Antar Manusia Dan Sang Khalikâ€. Diterbitkan oleh: INOPSTEK Jurnal Inovasi Pembelajaran Sains Dan Teknologi . Volume 2, Nomor 3, September 2009 (ISSN 1978-9572). Hal. 81-87
  5. Koritelu Paulus, (2011). Kampung Radjawali dan Konflik masyarakat Di Banda Neira. Diterbitkan oleh Jurnal Ilmiah Logika-Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, , volume 8 nomor: 2 November tahun tahun 2011, (ISSN: 1693-9018). Hal. 17-25.
  6. Kriesberg, Louis (1998). Constructive Conflict: from escalation to resolution. Rowman and Litlefield.
  7. Marshall, Catherine and Rosman B Gretchen (1989). Designing Qualitative Research. London-New Delhi: Sage Publications.
  8. Miles B Matthew dan Huberman Michael (1992). Analisa Data Kualitatif (buku sumber tentang metoda-metoda baru). Jakarta UI Press.
  9. Prayogo, Dodi (2006). Dinamika, Sebab dan Peran negara Dalam Konflik Antar koorporasi Dengan Komunitas Lokal Dalam Jurnal masyarakat (jurnal Sosiologi UI) Edisi Pembangunan Sosial dan Lingkungan Vol.VIII. No.2. Des 2006. Hal 34-67.
  10. Stewart, Makere-Harawira (2005). The New Imperial Order: indegenious responses to Globalization. London, Zed Books: Huia Publishers.
  11. Turner, H Jonathan (1997). The Structure Of Sociological Theory (sixth edition). Boston: Wadsworth Publishing Company.
  12. Wolff, H. Kurt. (1964). The Sociology Of Georg Simmel. New York. The Free Press.