Tawuran Remaja Ditinjau dari Kehidupan dan Pengasuhan Keluarga

Authors

  • Sri Hastuti Susmiyati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Jl. Kesejahteraan Sosial No.1 Sonosewu, Yogyakarta
  • Ikawati Ikawati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Jl. Kesejahteraan Sosial No.1 Sonosewu, Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.31105/mipks.v42i1.2254

Keywords:

kehidupan, pengasuhan keluarga, tawuran remaja

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui keterlibatan tawuran pada remaja ditinjau dari kehidupan dan pengasuhan keluarga. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, dengan pertimbangan daerah-daerah rawan seperti peristiwa “klitih†yang pelakunya adalah anak usia 14- 18 tahun, maka ditentukan di Kota Yogyakarta. Sasaran subjek penelitian ditentukan secara purposive, yaitu remaja laki-laki yang bersekolah di bangku SLTA, yang masih bertempat tinggal bersama orangtua dan pernah ikut terlibat tawuran, maka ditentukan 30 informan. Sasaran objek penelitian adalah keterlibatan tawuran pada remaja ditinjau dari kondisi kehidupan dan pengasuhan keluarganya. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif-interpretatif. Hasil penelitian ditemukan ada pengaruh keterlibatan tawuran pada remaja yang disebabkan karena kehidupan keluarga dan pengasuhan keluarga, dimana orangtua kurang mendukung terhadap perkembangan remaja, berdasarkan kesimpulan  di atas, maka direkomendasikan: (1) Kepada Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Pemberdayaan Sosial, Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat, guna mencegah tawuran remaja melalui pemberian wawasan/pengetahuan tentang peran dan fungsi keluarga dengan mempertimbangkan pengasuhan pada anak/remaja dan memberikan modeling yang baik bagi anak/remaja sebagai bekal hidup bermasyarakat. (2) Kepada Sekolah terutama SLTA maupun swasta yang ada di Kota Yogyakarta, agar pelajar  memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan bermanfaat, maka perlu penerapan aturan /disiplin;  kurikulum tentang pendidikan moral dan agama,  pengembangan identitas pelajar melalui kreativitas sosial dan pelatihan yang bermanfaat. (3) Kepada Orangtua perlu memberikan pola asuh demokratis yaitu terjalinnya hubungan yang baik antara orangtua dan anak serta menghindari pola asuh yang otoriter (selalu mengatur anak, anak tidak dihargai pendapat dan pandangannya) dan pola asuh yang memanjakan. Sebaiknya orangtua memberikan modeling/percontohan bagi anak tentang norma-norma yang ada di masyarakat yaitu tentang budipekerti mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan anak sebagai bekal kelak hidup bermasyarakat.

References

Ancok, J. 1993. Permasalahan Remaja dan Peningkatan Konsep Diri. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Bandura, A. 1986. Social Foundation of Thought and Action: A. Social Cognitive Theory. Englewood Cliff: Prentice Hall.Inc

___________. 1989. Social Cognitive Theory Anallis of Chred Development. vol. 6. 1-60

Buletin Asasi. 2000. Darurat Sipil Maluku. Edisi Juni-Juli. Jakarta: Elsam.

Danang Prabowo. 2014. Pelajar di Yogyakarta, Belasan Siswa Ditangkap. http:// sindoner.com

Edzan Rahardjo.2016. Kasus Tawuran Pelajar di Yogyakarta Meningkat Tahun 2016. http://m.detik.com.

Heru Trijoko. 2017. 11 Pelajar Tawuran, i orang luka Bacok http:// daerah.sindonew.com

Hurlock, EB. 1990. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

I Gusti, K. Alit. 1995. Perilaku Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Yayasan Penerus Nilai-Nilai Luhur Perjuangan 1945.

Martani, W. 1993. Komunikasi yang Efektif antara Orangtua dan Remaja. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Monk, FJ; Knoers, A.M.P dan Haditono Siti Rahayu. 1992. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muhari. 1983. Suatu Studi tentang Pengaruh Suasana Rumah terhadap Prestasi Belajar para Pelajar SMU Tingkat Pertama di Jawa Timur. Yogyakarta: UGM.

Nashori, F. 1997. Psikologi Sosial I. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII

Nina Andalina, L. 1989. Perbedaan Sikap terhadap Hubungan Badan Sebelum Perkawinan antara Remaja Kota dan Remaja Desa di Daerah Sumatera Utara. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Rahmat Hidayat. 1994. Anteseden Perkembangan dari Kepencemasan Sosial. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Rakhmat, J. 1989. PsikologiKomunikasi. Bandung:CV. Remaja Karya.

Srihandayani Astuti. 1974. Studi tentang Hubungan Delinquensi Remaja dengan Broken Home di Lembaga Pemasyarakatan Madiun. Yogyakarta: UGM.

Walgito, B. 1993. Peran Orangtua dalam Pembentukan Kepercayaan Diri: Suatu Pendekatan Psikologi Humanistik. Yogyakarta: UGM

Yulius, Suryadi, Effendi, S dan Admadjaya, RS. 1997. Kamus Baru: Bahasa Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional

Yusuf, S. 1979. Ilmu Jiwa Massa. Surabaya: Usaha Nasional

Zukhairiny, R. 2001. Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Masyarakat Ambon yang Mengalami Kerusuhan dan yang Tidak Mengalami Kerusuhan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.

Downloads

Published

2020-07-24