Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Inses Causes, Impact, And Prevention Of Inses

Authors

  • Murdi yanto Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Kementerian Sosial RI
  • Tri Gutomo Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Kementerian Sosial RI

DOI:

https://doi.org/10.31105/mipks.v43i1.2201

Keywords:

penyebab, dampak, penanggulangan, inses

Abstract

Inses adalah tindakan hubungan seksual dengan seseorang yang berasal dari keluarga dekat, seperti: ayah dan putrinya, ibu dan putranya, kakek dengan cucu, atau di antara saudara sekandung.  Inses sebenarnya merupakan tanda atau gejala yang mencerminkan adanya suatu masalah dalam kehidupan rumah tangga. Inses disebabkan karena faktor internal (biologis, psikologis) dan faktor eksternal (ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah, serta tingkat pemahaman agama,  penerapan kaidah, dan norma agama yang tidak diketahui), serta konflik budaya karena perkembangan teknologi, kemiskinan, dan pengangguran. Dampak yang ditimbulkan oleh inses antara lain gangguan psikologis, secara medis anak hasil hubungan inses berpotensi besar mengalami kecacatan, korban sering disalahkan dan mendapat stigma buruk, sampai dewasa anak korban inses biasanya akan memiliki rasa harga diri rendah, depresi, memendam perasaan bersalah, sulit mempercayai orang lain, terjerumus ke dalam perilaku negatif, dan sulit membangun hubungan dengan  orang lain. Pencegahan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, pertama: memberikan pelayanan terpadu pada populasi umum secara objektif yang merupakan target untuk mencegah segala kemungkinan terjadinya perkosaan, dalam hal ini kekerasan seksual dalam inses. Kedua: memberikan pelayanan terpadu pada kelompok-kelompok rentan yang menjadi target untuk mencegah keberlanjutan permasalahan inses. Ketiga: memberikan pelayanan terpadu kepada pelaku serta korban inses yang sudah diketahui, untuk mencegah insiden baru terjadi antara pelaku dan korban yang sudah diketahui perbuatannya. Di samping itu, perlu memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara benar, memperkuat rasa empati, mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif, menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat, memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anggota keluarga sehingga dapat terkontrol, dan memberikan pendidikan seks sejak dini.

References

Azriana. 2015. Pencegahan Kekerasan Seksual Hadapi Tiga Tantangan. Jakarta: Komisioner Komnas Perempuan dan Anak (Komnas PA)

Davit Setyawan. 2014. Inses terhadap Anak: Banyak Terjadi Sedikit Terungkap. KPAI 23 Januari 2014

............................ 2014. Pelaku Kekerasan terhadap Anak Juga Perlu Mendapat Pendampingan Psikologis. Jakarta: KPAI

Eky Wahyudi. 2015. Desa Gunem Rembang Jadi Contoh Desa Layak Anak. Indonesia: CNN

Huraerah 2006. "Child Sexual Abuse and Revictimization in the Form of Adult Sexual Abuse, Adult Physical Abuse, and Adult Psychological Maltreatment.

Lufita Tria Harisa. 2012. Analisa Makrosistem dan Strategi Integratif Menanggulangi Kekerasan pada Anak. Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

PKPA. 2010. Kekerasan Seksual Mengancam Anak. Medan: Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Sawitri Supardi Sadarjoen. 2005. Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual. Bandung: Refika Aditama

Seto Mulyadi. 2015. Mendidik Anak tanpa Kekerasan. Parenting: Femina Group

Syafiq Syeirozi. 2014. Kekerasan Seksual Anak, Fenomena Gunung Es

Urquiza, A. & Capra, M. 1990. Dampak dari pelecehan seksual: Efek awal dan jangka panjang. Dalam M. Pemburu (Ed) The pelecehan seksual laki-laki: Kelaziman, dampak, dan pengobatan. Penerbangan. 1. Lexington, MA: Lexington Books.

Downloads

Published

2020-07-20