Dampak Penutupan Lokalisasi terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

Authors

  • Murdiyanto Murdiyanto Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

DOI:

https://doi.org/10.31105/mipks.v43i3.2133

Keywords:

Lokalisasi, PSK, Sosial, Ekonomi

Abstract

Lokalisasi Pucuk dan Langit Biru merupakan lokalisasi wanita tuna susila di Kota Jambi yang sudah ditutup oleh pemerintah daerah setempat pada tanggal 13 Oktober 2014, penutupan lokalisasi mengacu pada Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemberantasan Pelacuran dan Perbuatan Asusila. Pemilihan daerah penelitian berdasarkan pada kenyataan bahwa Lokalisasi Payo Sigadung (Pucuk) menjadi legenda sebagai kawasan lokalisasi terbesar di Jambi yang merupakan kawasan wisata esek-esek yang cukup dikenal di Sumatera. Pemerintah Daerah menutup kedua lokalisasi tersebut karena dinilai berdampak negatif terhadap PSK dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penutupan lokalisasi terhadap PSK dan kondisi  sosial ekonomi masyarakat sekitar. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan untuk memperoleh informasi ataupun gambaran secara objektif mengenai dampak akibat penutupan lokalisasi terhadap pekerja seks dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Sebagai informannya adalah Kepala Dinas Sosial Kota Jambi, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Kota Jambi, Ketua RT, Ketua Yayasan Sahabat, PSK, germo/mucikari, keamanan lokalisasi, juru parkir, ojek, penjual makanan/minuman, dan pedagang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Data yang telah berhasil dikumpulkan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif dan diuraikan secara narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan ditutupnya kedua lokalisasi yang ada di Kota Jambi tersebut berdampak pada kehidupan PSK dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mengalami perubahan dalam hal matapencaharian. Dampak sosial berupa kesehatan, keamanan, dan kehidupan keagamaan masyarakat di lingkungan lokalisasi. Kondisi ekonomi berdampak pada turunnya ataupun bahkan hilangnya pendapatan sebagai pelaku bisnis di lingkungan lokalisasi. Pendidikan yang rendah, membuat masyarakat sulit untuk mencari pekerjaan di luar lokalisasi. Peran instansi pemerintah yang terkait dalam penutupan lokalisasi ini meliputi Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi Jambi, serta Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi. Kementerian Sosial berperan sebagai pemberi program bantuan sosial berupa dana kompensasi, Dinas Sosial Provinsi Jambi berperan menangani para germo atau mucikari untuk diberdayakan atau alih profesi dengan diberi keterampilan maupun usaha, dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi berperan untuk menangani kepada berbagai pihak yang terdampak dengan penutupan lokalisasi

References

Agoes Moh. Moefad. (2015). Komunikasi Masyarakat Eks Lokalisasi Pasca Penutupan Dolly. Jurnal Komunikasi Islam. ISBN 2088-6314 Vol.05 No. 01 Juni 2015 Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya - Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia

Arah Juang. (2014). Masalah dalam Penutupan Lokalisasi Dolly: Solidaritas untuk Front Pekerja Lokalisasi. Edisi II Tahun 2014

Fetry Wuryasti. (2016). Penutupan Lokalisasi bukan jaminan Entaskan Prostitusi. Senin, 22 February 2016

Hartini Retnaningsih. (2014). Dampak Sosial Penutupan Lokalisasi Dolly. Info Singkat Vol. VI, No.13/I/P3DI/ Juli/ 2014 (Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)

Kementerian Sosial cq Direktorat Tuna Sosial (2015). Dalam rapat koordinasi Nasional Penanganan Gelandangan Pengemis dan Prostitusi (eks WTS), sumber http:??rehsos.kemensos.go.id

Miskawi dan Matali. (2009). Peran WTS (Wanita Tuna Susila) dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus pada Lokalisasi Padang Bulan Di Desa Benelan Kidul Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi. Direktorat jendral pendidikanTinggi Departemen Pendidikan Nasional

Laily Masrurin Nisa. (2016). Pekerja Seks Komersial Pasca Ditutupnya Lokalisasi Kremil (Studi Deskriptif Mekanisme Survival Pekerja Seks Komersial Lokalisasi Kremil Tambak Asri Surabaya). Surabaya: Universitas Airlangga

Nanik, S, Kamto, S, dan Yuliati, Y. (2012). “Fenomena Keberadaan Prostitusi dalam Pandangan Feminismeâ€, Jurnal Wacana, Vol. 15, Nomor 4

OPSI. (2017). Penutupan Lokalisasi: Apakah merupakan Solusi?. Diskusi Kultural diselenggarakan pada tanggal 08 Februari 2017 di OPSI Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Patnani, M. (1999). Prostitusi: Antara Pilihan dan Keterpaksaan. Jurnal Kognisi. Volume 3 Nomor 2

Rukmini Kusuma Astuti. (2009). Proses Terjadinya Pelacuran di Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Gadjah mada

Setiawan. (2015). â€Prostitusi, Bisnis atau Kejahatanâ€. dalam http://Pikiran Rakyat. com. diunduh pada tanggal 15 Februari 2015

Sitepu, A. (2004). “Dampak Lokalisasi Prostitusi terhadap Perilaku Remaja di Sekitarnyaâ€. Jurnal Pemberdayaan Komunitas. Volume 3. Nomor 3

Sumber lain:

www.academia.edu/12972280/pro_kontra_lokalisasi_prostitusi

Republika, 17 Februari 2016. Mensos: pemerintah targetkan bebas prostitusi 2019

Downloads

Published

2020-06-10