Published 2017-03-29
How to Cite
Abstract
Manusia yang masih hidup dan yang telah mati di planet bumi merupakan satu kesatuan energi penentu equilibrium dan carrying capacity planet ini mempertahankan eksistensinya beradaptasi dalam rotasi kosmos. Komunitas manusia yang menempati berbagai wilayah kulit bumi, seirama kemudahan dan tantangan yang dihadapinya mewujudkan pandangan mendasar “world view†sebagai acuan nilai dan norma serta keorganisasian dalam pranata warganya memenuhi kebutuhan hidup di lini zona masingmasing.
Takaran inilah esensi kearifan lokal. Lintasan sejarah memperlihatkan mereka telah mampu
menjabarkan rumus kehidupan mulai dari tiada, melayani kelahiran, menggeluti keseharian, ritus-seremoni kematian serta visionis persiapan memasuki kehidupan abadi. Secara fenomenal komunitas yang mengalami percepatan pemahaman mengakses lingkungan untuk perubahan sebagian menggapai kemajuan peradaban spektakuler. Ketika mereka berpeluang memimpin, di samping ada yang mengabaikan manusia pada
komunitas adat terpencil ada juga diantaranya yang mencoba menanam jasa membuat program pemacu perubahan sesuai alur pikir cerdas berkebudayaan kompleks. Disayangkan upaya tadi banyak gagal. Kini di sadari itu akibat pembangunan yang ditawarkan tidak dimulai dari jejaring akar budaya KAT itu sendiri yaitu kearifan lokal. Memberdayakan KAT bagian dari ekuilibrium alam dan sosial. Mottonya “Senang menggagas sendiri meminggirkan keakraban. Berpikir kreatif sambil meniti pemahaman orang lain mewujudkan monumental tempat bersama menatap ketinggian.†Bagaimana implementasinya ke depan, dapat terjembatani lewat tulisan ini.
 
						 
			
		 
			 
			